Bandung – Sudah 20 tahun Wawan dengan setia mangkal di depan SMPN 40 Kota Bandung. Di sana ia dengan konsisten berjualan batagor, salah satu jajanan khas Bandung.
Di balik gerobaknya, ia setiap hari membuat batagor dan melayani pembeli. Itu jadi rutinitasnya selama ini.
Pria berumur 50 tahun itu dari awal hingga kini, lokasi jualannya tetap sama. Mulyana tidak pernah berpindah tempat ataupun berkeliling.
“Saya dari dulu langsung mangkal di sini. Nggak pernah keliling, di sini aja terus,” ungkap Wawan belum lama ini.
Batagor yang dijual ia buat sendiri. Setiap hari, ia membawa adonan batagor dalam dua baskom kecil.
Dengan harga yang ramah di kantong, satu porsi batagor buatan Mulyana dihargai Rp10.000. Namun, karena kebanyakan pelanggan utamanya adalah siswa, ia juga menawarkan setengah porsi seharga Rp5.000, sesuai dengan kemampuan anak-anak.
“Kayak anak sekolah kan biasanya belinya Rp5 ribuan,” tuturnya.
Ketekunannya selama 20 tahun membuahkan hasil yang manis. Meski berjualan dengan harga yang terjangkau, pendapatan harian Wawan cukup mengesankan. Omzet hariannya kini mencapai rata-rata Rp800 ribu hingga Rp1 juta.
“Pendapatan saya sehari sekitar Rp800 ribuan. Kadang nyampe Rp1 juta juga, tapi rata-rata di Rp800 ribu per harinya,” jelasnya.
Wawan mulai berjualan dari pukul 09.00 WIB hingga sekitar pukul 19.00 WIB setiap harinya. “Kalau adonan nggak habis, ya dibagi-bagi ke tetangga. (Jika) masukin kulkas rasanya beda,” ungkapnya.
Walaupun banyak pelanggannya adalah siswa SMPN 40, Wawan mengungkapkan bahwa para pembelinya berasal dari berbagai kalangan, baik anak-anak sekolah maupun masyarakat sekitar.
“Kebanyakan yang beli itu anak-anak sekolah, terutama pas jam pulang. Tapi ada juga orang lain yang suka mampir,” katanya.
Dalam 20 tahun berjualan, konsistensi dan dedikasi Wawan dalam menjaga kualitas serta kepercayaan pelanggan menjadi kunci kesuksesannya. Dengan gerobak sederhananya, ia membuktikan usaha kecil yang dijalankan dengan ketekunan bisa memberikan pendapatan yang cukup menjanjikan.