Breakingnewsjabar.com – Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan SIP MA menilai peta pertarungan di Pilgub Jabar tidak kompetitif. Hal ini membuat paslon nomor empat Kang Dedi Mulyadi (KDM)-Erwan Setiawan tak terkalahkan.
Firman membeberkan, alasan pertama dari sisi survei terbaru yang dirilis oleh Voxpol Center paslon DERMAWAN masih memuncaki perolehan dengan 61,8 persen pemilih. “Sementara yang lain di bawah 20 persen, bahkan pasangan Acep-Gita dan Jeje-Ronald masih satu digit,” ucap Firman dikutip dari saluran youtube Voxpol Center Official.
Dari segi popularitas pun Dedi Mulydai jauh meninggalkan pesaingnya dengan hampir menyentuh 90 persen. Sementara pesaingnya masih di bawah 50 persen. “Bagaimana pun ini menentukan, karena bagaimana orang mau memilih kalau tidak kenal,” katanya.
Menurut Firman, hal ini sebuah kewajaran lantaran sepengetahuannya KDM telah melakukan kerja elektoral sejak lama. Bahkan saat Pileg 2024, Dedi Mulyadi yang maju sebagai Caleg Dapil Jabar VII dari Partai Gerindra mengantongi perolehan suara terbesar kesatu di Jabar dan kedua secara nasional.
Melihat peta tersebut, Firman menyebut KDM telah memiliki basis elektoral yang kuat. Masyarakat pun melihat KDM sangat serius untuk maju dan menang sebagai gubernur Jabar. “Ini problem untuk calon lain karena menurut pengamatan kami baru terlihat radar pertarungan di akhir.
Seperti Pak Syaikhu dulu kita tahu yang banyak kampanye Pak Haru, PDIP yang banyak sosialisasi Mas Ono, begitu pun PKB Ketua DPW-nya,” ucapnya. “Tentu ini jadi faktor perbedaan yang signifikan, di satu sisi KDM begitu populer dibanding nama lain dan orang juga melihat keseriusannya untuk maju Pilgub,” lanjut Firman. Soal politik identitas yang merugikan KDM, Firman menegaskan hal tersebut saat ini tak berpengaruh. “Isu politik identitas keagamaan potensial merugikan Dedi Mulydi di beberapa tingkatan medsos muncul, bahkan di beberapa kesempatan KDM sudah menyampaikan, tapi memang kelihatan belum menjadi isu sentral hanya menjadi isu pinggiran saja,” tuturnya. Faktor lain yang membuat KDM sulit dikalahkan adalah kemenangan Prabowo Subianto di Pilpres kemarin.
Basis dukungan di pilpres lalu membuat Dedi Mulyadi yang didukung koalisi sama mendapat dukungan besar. “Dan Gerindra punya kepentingan menjadikan Kang Dedi sebagai gubernur karena di Jawa hanya Jabar saja yang punya potensi menang,” ucapnya.
Terakhir, kata Firman, KDM unggul dari sisi media sosial yang lebih banyak disukai oleh masyarakat. Terbaru adalah kasus Vina Cirebon yang dianggapnya mendongkrak popularitas dan elektabilitas secara signifikan. “Tapi tak kalah penting adalah turun langsung ke warga, dan lagi-lagi itu yang dilakukan Kang Dedi menggunakan pola keliling bertemu langsung warga dan itu kembali menjelaskan popularitas meninggalkan yang lain dan berpengaruh pada elektabilitas yang sejauh ini unggul signifikan dibandingkan kandidat lain,” tutup Firman. Sebagaimana diketahui Voxpol Center baru saja merilis hasil survei Pilgub Jabar periode 11-20 Oktober 2024 terhadap 800 responden.
Hasilnya KDM-Erwan di posisi pertama dengan 61,8 persen, Syaikhu-Ilham 18,6 persen, Acep-Gita 7,4 persen dan terakhir Jeje-Ronald 5,6 persen. Dalam survei juga disebutkan pemilih kuat atau strong voters mencapai 69 persen sementara sisanya menjawab belum mantap atau bisa berubah pikiran dan juga tidak tahu.