Bandung – Calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyorot persoalan di wilayah perkotaan Jawa Barat. Dalam acara Roadshow Konsolidasi Kader Pemenangan Pilgub Jabar dan Pilkada Kota Depok, Cagub nomor urut 4 itu melihat perlunya perhatian infrastruktur di tingkat kota.
Kang Dedi Mulyadi (KDM), begitu sapaannya, melihat bahwa standar di kota harus lebih tinggi di bandingkan tingkat kabupaten. Ia menilai pemerintah perkotaan harus memperhatikan resiko warga dan pekerja yang tinggal di kota.
“Kota itu harus memiliki infrastruktur layanan publik yang maksimal, karena itu memiliki resiko-resiko orang kota. Jadi kota itu misalnya resiko kebakaran itu kan sangat tinggi. Maka infrastruktur kebakarannya harus baik dari mulai mobil pemadamnya, kelengkapan K3-nya, konektivitas jaringan ke rumah sakit, transportasinya, jalannya yang harus sangat halus,” ucap Demul, Selasa (29/10/2024).
Ia melihat bahwa wilayah kota punya anggaran yang memadai dengan lingkup pembangunan yang kecil. Berbeda dengan penanganan wilayah kabupaten yang perlu akses jalan sampai ke pelosok, irigasi, dan urusan di wilayah pedesaan lainnya.
“Kalau di kota kan hanya lingkup masyarakat pada sebuah komunitas wilayah. Itu hal yang mendasar itu. Sekolahnya harus memadai, kemampuan daya tampung sekolah, pertumbuhan masyarakatnya harus tinggi. Dan ini harus menjadi konsen para Wali Kota di manapun ya, bukan hanya di Depok, di seluruh Jawa Barat,” tutur dia.
Demul melihat bahwa pemerintah wajib menyediakan seluruh kelengkapan K3, sebagai standarisasi bekerja. Ibaratnya, perbekalan dari pemerintah adalah hal paling mendasar untuk membekali saat berperang. Jika perlindungan itu tidak ada, kata Demul, maka hal tersebut jadi kesalahan pemerintah.
Potensi Suara yang Melonjak di Depok
Ia juga menyoroti perolehan elektabilitas pada salah satu daerah yang menurutnya jadi angin segar. Kota itu ialah Kota Depok, salah satu daerah megapolitan yang disebut-sebut para pakar politik masuk dalam dominan basis lawan Demul.
“Ya sebenarnya tidak bicara menargetkan Depok sebagai lumbung suara ya, karena kan basis pemilih saya merata di seluruh Jawa Barat hari ini. Surveinya rata-rata kan di atas 55, tapi Depok ini kan termasuk yang agak luar biasa ya, karena survei saya di sini kan sekitar 64%,” kata Demul.
“Artinya bahwa pemilih Depok hari ini tumbuh menjadi pemilih yang sangat rasional. Dan itu sangat dipengaruhi oleh taktok digitalisasi. Jadi hampir saya keliling Depok hari ini sering masuk gang. Rata-rata kenal dan kenalnya biasa dengan lewat TikTok dan Youtube,” ucapnya.
Elektabilitas Demul memang bisa dibilang cukup terbantu dengan kegiatan sosial yang kerap diabadikannya dalam berbagai platform. Menurut Demul, hal inilah yang membuat para pemilih di Depok konsen memberikan kepercayaan untuk memilihnya.
Kemampuan Demul dalam membranding diri, boleh dibilang menjadi kekuatannya. Hal ini juga yang disarankan Demul untuk menaikkan peluang paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok usungan Gerindra, Supian Suri dan Chandra Rahmansyah
Branding harus dikuatkan. Sebab menurut Demul, keduanya punya bekal telah menguasai kultur Kota Depok.
“Ya dia punya potensi menang, selisih surveinya sudah agak tipis dan lebih tinggi, tinggal kinerjanya harus ditingkatin. Karena kan Supian-Chandra tidak menguasai struktur, tapi menguasai kultur,” ucap Demul.
“Ya kultur ini harus dibangun dan yang paling utama dia harus terus membranding diri. Buat dia harapan baru bagi Depok untuk menyelesaikan berbagai problem masyarakat Depok yang belum selesai. Itu yang paling penting, membranding dirinya,” pesannya.
Dikutip dari (Detik.com)